Minggu, 12 Desember 2010

Bahan Kuliah Analisis Ekonomis Usaha Penyamakan Kulit

ANALISIS EKONOMI
USAHA PENYAMAKAN KULIT
(oleh: Jajang Gumilar, SPt.,MM, Fakultas Peternakan Unpad, 2010)

Walaupun analisis ekonomis ini bukan tanggung jawab bagian produksi secara langsung tetapi bagian produksi bertanggung jawab untuk memberikan data produksi dalam penghitungan kulit secara ekonomis.

Kulit dijual dalam satuan luas (per square foot), sehingga dalam perhitungan ekonomis kita menggunakan satuan tersebut. Pengecualian untuk sole leather dijual dalam satuan berat dan kulit-kulit yang dibuat secara khusus yang mungkin dijual perlembar atau dalam penghitungan lain seperti halnya kulit fur, dan reptil.

Biaya dalam terminologi keungan didefinisikan sebagai pengorbanan sumber-sumber daya yang diadakan untuk mendapatkan keuntungan atau mencapai tujuan dimasa datang. Secara umum terminologi biaya dalam hubungannya dengan tujuan biaya dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tidak langsung

Biaya langsung merupakan biaya-biaya yang dapat diidentifikasi secara langsung pada suatu proses tertentu ataupun output tertentu. Biaya langsung dikenal juga dengan istilah variable cost, misalnya biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya tidak langsung merupakan biaya-biaya yang tidak dapat diidentifikasi secara langsung pada suatu proses tertentu atau output tertentu, misalnya biaya administrasi, telefon dan lain-lain, biaya tidak langsung dikenal juga dengan istilah overhead cost pada kondisi tertentu biaya ini disebut juga sebagai biaya tetap (fixed cost).

Komponen utama biaya langsung (variable cost) pada industri pengolahan kulit yaitu bahan baku (kulit), bahan pembantu (zat kimia), tenaga kerja langsung, air, listrik, penanganan limbah, dan biaya pemeliharaan. Komponen Biaya tidak langsung (overhead cost) pada industri pengolahan kulit diantaranya adalah biaya administrasi, supervisi, penjualan, transportasi, komunikasi, sewa, bunga bank, pajak, asuransi, penyusutan gedung dan peralatan.

Biaya langsung (variable cost)
Variable cost adalah biaya yang langsung dipengeruhi oleh banyakya (unit) barang yang diproduksi. Untuk pengolahan kulit yang termasuk biaya langsung (variable cost) adalah sebagai berikut: Bahan baku (kulit mentah) harganya sangat berfluktuasi mencapai 50% tergantung pada ketersediaan kulit mentah dan permintaan pasar. Kulit mentah dibeli dengan satuan berat atau satuan lembar sedangkan penjualan dilakukan dalam satuan luas. Rasio luas yang dihasilkan diekspresikan dalam satuan sq ft per kg. Rasio tersebut dipengaruhi oleh jenis ternak, waktu pemotongan, dan teknik pengulitan.
- kulit garaman dengan berat lebih dari 20 kg
menghasilkan kulit jadi dengan luas 1 – 2 sq
ft/kg, dengan rataan 1,5 sq. ft./kg;
- kulit garaman dengan berat antara 10 – 20 kg menghasilkan kulit jadi dengan
luas 2,0 – 2,5 sq ft/kg
- kulit kecil (skin) dengan berat kulit garaman dibawah 4 kg menghasilkan
kulit jadi dengan luas antara 3,0 – 4,0 sq.ft/kg
Kulit mentah mengalami penyusutan sampai dengan 10% dari rasio tersebut, tergantung pada sumber kulit mentahnya. Biaya kulit mentah dapat mencapai 50% atau lebih dari total biaya kulit jadi, sehingga biaya kulit mentah menjadi factor utama yang diperhatikan oleh perusahaan pengolahan kulit.

Berkenaan dengan kontribusi biaya kulit mentah yang sangat besar maka sebaiknya proses penyamakan kulit dilakukan dengan hati-hati agar kulit tidak rusak. Penanganan yang harus hati-hati terutama melakukan penyesuaian antara tebal kulit mentah dengan permintaan ketebalan kulit jadi sehingga dapat mengurangi hilangnya kulit karena splitting dan shaving; meminimalisir limbah trimming; menghindari kerusakan mesin yang dapat menjadikan kulit bolong atau sobek. Maksimal kerusakan kulit pada proses produksi adalah 5%.

Kulit mentah dibeli secara keseluruhan/borongan, sehingga dapat berpengaruh apabila kualitas kulit jadinya banyak yang low grade apalagi kalau sampai banyak yang reject. Kulit mentah yang low grade apabila ingin dinaikan grade-nya dibutuhkan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan kulit yang bahan bakunya memang sudah baik, oleh karena itu apabila akan membeli bahan baku harus dilakukan sortir (quality control) sebaik-baiknya.

Bahan pembantu (zat kimia) termasuk zat kimia untuk soaking, liming, tanning, peminyakan, pewarnaan, finishing dan lain-lain. Bahan kimia untuk proses basah (beam house) biasanya dihitung berdasarkan berat mengacu pada berat kulit mentah, proses tanning didasarkan pada berat bloten, proses dyeing didasarkan pada berat shaving, dan bahan kimia yang digunakan pada proses finishing dihitung secara keseluruhan tidak hanya zat kimia yang menempel pada kulit tetapi dihitung secara keseluruhan termasuk dengan zat kimia yang terbuang (over spray, kelebihan mencampur, dll).

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang langsung berhubungan dengan proses produksi kulit seperti tenaga kerja pada bagian beam house; proses tanning; proses drying, shaving, dan splitting; proses persiapan untuk finishing; dan proses finishing. Apabila seluruh biaya tenaga kerja langsung kita hitung maka komposisinya adalah sebagai berikut: beam house 12%; proses tanning 11%; proses drying, shaving, dan splitting 25%; persiapan untuk finishing 24%; dan proses finishing 28%. Pada umumnya kulit yang dapat dihasilkan per jam kerja tenaga kerja langsung adalah sebagai berikut: 17 sq ft per jam untuk kulit besar, 14 sq ft per jam untuk kulit sedang, dan 10 sq ft per jam untuk kulit kecil.

Utility, termasuk didalamnya adalah air, energi (listrik, panas, dan lampu), penanganan limbah, maintenance mesin. Besarnya biaya untuk utility tergantung dari kulit yang diproses, skala pabrik, lokasi, dan fasilitas yang ada.

Biaya tidak langsung (overhead cost)
Overhead cost adalah biaya yang tidak langsung dipengaruhi oleh banyaknya (unit) barang yang diproduksi biaya ini dikenal juga dengan istilah biaya tetap (fixed cost), untuk memperkirakan biaya tidak langsung biasanya didasarkan pada data historis perusahaan atau mengacu pada data perusahaan lain yang sejenis dengan skala usaha yang sama. Dalam situasi era perdagangan bebas, produksi dapat sangat berfluktuasi tidak hanya jumlahnya tetapi juga jenis produk yang diproduksi, hal ini tergantung pada ketersediaan produk dan permintaan pasar karena beberapa produk kulit bersifat seasonal. Walaupun produksi berfluktuasi tetapi biaya tetap pada umumnya relative tidak berfluktuasi. Biaya tidak langsung pada industri penyamakan kulit berkisar antara 10% – 20% dari total penjualan.

Kecepatan waktu produksi dipengaruhi oleh kecepatan proses dari bahan baku sampai menjadi kulit jadi (leather) dan akan berpengaruh terhadap kecepatan penjualan pula. Kecepatan waktu produksi ini berpengaruh terhadap perputaran modal (capital turnover), semakin cepat produksi semakin cepat dijual sehingga semakin cepat pula menerima pembayaran. Semakin pendek waktu mengeluarkan uang untuk proses produksi dengan penerimaan uang dari konsumen maka biaya modal menjadi lebih sedikit. Kecepatan waktu produksi juga berpengaruh terhadap kuantitas produksi dan kuantitas penjualan sehingga total biaya produksi menjadi lebih efisien.

Peningkatan efisiensi produksi dapat dilakukan dengan menggunakan pabrik, tenaga kerja, dll secara maksimum. Melakukan pengiriman sesuai dengan jadwal tanpa ada penundaan jadwal pengiriman, mengidentifikasi dan memperbaiki bottleneck di pabrik, waktu terbuang bagi tenaga kerja karena proses yang sebenarnya tidak memerlukan tenaga kerja (misalnya saat menunggu putaran drum).

Harga jual, pencarian harga jual yang termahal dengan pembayaran yang cepat masih menjadi strategi berbagai perusahaan pengolahan kulit. Pada jaman dulu pengurangan harga dibandingkan harga produsen lain menjadi yang paling umum dilakukan agar perusahaan dapat lebih kompetitif, tetapi mulai sekarang strategi penjualan seperti itu tidak dapat dilakukan secara langsung. Minimum harga jual yang diajukan seharusnya dapat menutup biaya produksi ditambah dengan keuntungan yang pantas.

Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi merupakan kumpulan biaya-biaya yang melekat pada suatu produk yang diproduksi oleh suatu perusahan. Ada tiga elemen pokok biaya dalam suatu perusahaan manufaktur, yaitu: biaya bahan baku (material cost), biaya tenaga kerja (labor cost), dan biaya produksi (indirect manufacturing expenses).
Biaya bahan baku terdiri dari direct mterial cost dan indirect material cost. Direct material cost adalah biaya semua bahan yang secara fisik dapat diidentifikasi sebagai bagian dari produk jadi dan biasanya merupakan bagian terbesar dari material pembentuk harga pokok produksi.
Biaya tenaga kerja dibagi menjadi direct labor cost dan indirect labor cost. Direct labor cost adalah semua biaya yang menyangkut gaji dan upah seluruh pekerja yang secara praktis dapat diidentifikasi dengan kegiatan dari pengolahan bahan baku menjadi produk jadi.
Indirect manufacturing expenses meliputi semua biaya produksi selain ongkos utama (direct mterial cost dan direct labor cost) yang bersifat menunjang atau memperlancar proses produksi dan dibebankan terhadap pabrik
Sebagai contoh harga pokok produksi pada industri penyamakan kulit secara tidak langsung adalah menghitung total biaya langsung seperti:
Biaya bahan baku (harga kulit mentah) : Rp. 15.000/kg
Biaya tenaga kerja langsung : Rp. 3.400/jam
Biaya zat kimia (keseluruhan) : Rp. 2.000/sq. ft
Biaya utility (peralatan, dll) : Rp. 500/sq. ft.
Catatan:
Kulit besar lebih dari 20 kg dapat menghasilkan 1,5 sq ft/kg kulit jadi, jadi biaya bahan baku per sq ft adalah 15.000/1,5 = Rp. 10.000/sq.ft.
Tingkat penyusutan kulit mentah adalah 10%, dan kerusakan produksi sebanyak 5%, jadi biaya bahan baku total adalah 10.000 + (15%X10.000) = Rp. 11.500/sq.ft.
Tenaga kerja dapat menghasilkan 17 sq ft/jam. Jadi biaya tenaga kerjanya adalah 3.400/17 = Rp. 200/sq ft
Jadi Harga Pokok Produksi Kulit tersebut adalah:

HPP = Biaya bahan baku + Biaya zat kimia + Biaya tenaga
kerja langsung + Biaya utility
HPP = Rp.11.500 + Rp. 2.000+ Rp.200 + Rp. 500
= Rp. 14.200 / sq ft

Laba Usaha
Laba usaha dikenal pula dengan marjin usaha, dikenal menjadi dua jenis yaitu: marjin kontribusi (contribution margin) atau marjin bruto (gross margin). Marjin kontribusi adalah kelebihan dari penjualan atas seluruh biaya variable. Marjin kontribusi dapat dinyatakan sebagai suatu angka yang menunjukkan total, sebagai suatu angka perunit, sebagai rasio, dan sebagai persentase. Marjin bruto adalah suatu pengertian yang digunakan secara luas, khususnya di dalam industri eceran. Marjin bruto dirumuskan sebagai kelebihan penjualan atas harga pokok penjualan (yaitu harga pokok barang dagangan yang dibuat atau dibeli dan dijual kembali).

Perbedaan antara marjin kontribusi dengan marjin bruto yaitu: kalau marjin kontribusi memusatkan perhatian pada penjualan dalam kitannya dengan seluruh perilaku biaya variable, sedangkan marjin bruto memusatkan perhatian pada penjualan dalam kaitannya dengan satu hal saja yaitu biaya perolehan barang dagangan yang telah dijual.

Sebagai contoh, harga jual kulit sapi atasan saat ini adalah Rp. 19.000/sq ft, oleh karena itu marjin/laba bruto penjualan kulit sapi tersebut adalah:
Laba Bruto = Penjualan – harga pokok produksi
Laba Bruto = Rp. 19.000 – Rp. 14.200 = Rp. 4.800

Break Event Point (BEP)
Break event point atau titik pulang pokok adalah suatu studi mengenai kaitan antara biaya, volume, dan laba dimana kondisi perusahaan memperoleh laba bersih sama dengan nol. Biaya terdiri dari biaya langsung (variable cost) yaitu biaya per unit barang dikalikan dengan volume produksi, biaya tidak langsung (overhead cost / fixed cost) yaitu biaya tetap yang dikeluarkan pada periode tertentu. Laba bersih adalah kelebihan dari penjualan atas seluruh variable cost dan fixed cost. Penjualan merupakan harga jual per unit barang dikalikan dengan volume barang terjual.
Laba bersih = Penjualan – variable cost – fixed cost
BEP adalah pada kondisi Laba bersih = 0
Sehingga, Penjualan = Variable cost + Fixed cost
(Q X P) = (Q X C) + Fc
Dimana, Q = jumlah
P = harga jual per sq.ft.
C = harga pokok produksi per sq.ft
Fc= total biaya tetap per periode
Contoh: Mengacu pada contoh sebelumnya dan apabila biaya tetap perusahaan sebesar Rp. 50.000.000,- per bulan maka agar perusahaan tidak mengalami kerugian (BEP) maka jumlah minimal kulit yag harus diproduksi adalah:
BEP  Q X P = Q X C + Fc
Q (P-C) = Fc
Q (19.000- 14.200) = 50.000.000
Q = 50.000.000/4.800
Q = 1.041,67 sq ft

TAHAPAN ANALISA PASAR:

1. MASALAH / SASARAN ANALISIS
2. RENCANA ANALISIS
3. MENGUMPULKAN INFORMASI
4. HASIL ANALISA
5. ANALISA INFORMASI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar